Widget edited by super-bee Widget edited by de-chieka

Jumat, 15 Maret 2013

Kakanda "RUJAK" yang merindukan

Kakanda "RUJAK" yang merindukan
By De-Chieka


"Adindaaaaa" begitulah panggilan sayang dari seseorang yang setiap sore selalu terdengar, heboh mengema hingga mengalahkan air keran di kamar mandi masal yang ada di kos berkamar 6 ini.
klatak klutuk suara langkah kaki penghuni Kos bg Hendra di daerah kampus UIN SUSKA Riau, 11 perempuan dengan berbagai sudut pandang daerah ini berhampuran menuju teras  untuk mengantri membeli rujak yang terkenal yahut dan satu-satunya yang pernah memikat lidah ku. Aroma segar buah dan pedasnya sambal yang dicampur dengan gula merah serta kacang itu selalu membuat lidah ku bergoyang dan bibir ini maju lebih panjang kedepan ketika melahapnya. nyummmiii .. . .
sore itu ...
"udah senja gini kakanda kok gak lewat-lewat ya yuk" ujar ku kepada sulis, seorang teman yang selalu ku panggil ayuk, upss tahan dulu. ayuk bukan nama panggilan kecilnya bukan pula karena dia orang palembang lantas aku memanggilnya ayuk tapi panggilan ini karena aku ingin menjadikan dia seorang yang berbeda di hidup ku. sulis merupakan orang pertama dekat dengan ku ketika memasuki kos bg Hendra, dia merupakan cewek berparas imut dengan badan pun imut-kecil- orangnya super bawel namun kedekatan ku dan dia membuat aku merasakan kesenangan, karena dia selalu memperlakukan seperti seorang adik yang selalu dimanja, kebetulan dia juga memiliki usia yang lebih tua dari aku. 
"iya, ya dek. kenapa kakanda ngak lewat-lewat ya ?" jawab sulis
"mbak sulis kakanda udah lewat belum ?" tanya uci, teman kos kami yang saat itu baru pulang dari kampus.
hampir seluruh penghuni kos bg Hendra selalu merindukan rujak dari kakanda. siapakah kakanda itu ? kakanda adalah panggilan akrab kami kepada seorang pedagang rujak sepeda yang selalu berkeliling di daerah kampus kami. dia bukan penjual rujak sembarangan buat kami. dia sosok pekerja keras, selama ini baru kakanda yang aku tahu bisa berjualan rujak hingga 5 Trip bolak balek ke satu jalan saja dan kakanda lah orangnya. paras kakanda ini tidaklah sanggar, tidak pula tampak seperti orang letih ketika berjualan. kakanda lebih terlihat seperti orang yang selalu bahagia ketika menawarkan dagangan nya. bahkan ia berjualan sampai waktu menunjukkan pukul 8 malam.
"addddddiiiiiindaaa" tiba-tiba gema sura itu memnuhi ruang tempat para penghuni kos bg hendra berkumpul
seperti biasa, yang dari ruang depan, dapur hingga kamar mandi berlarian menuju grobak kayuh kakanda. 
"biasa kakanda" kata sulis
"ok adinda" begitulah jawab kakanda selalu
kakanda telah cukup mengenal kami, karena bisa dikatakan kami adalah pelanggan tetap beliau selama 1 tahun. kakanda pun selalu berusaha menghapal nama-nama kami, walau lebih sering tertukar-tukar. namaku chieka bisa menjadi uci, atau sulis menjadi imah dan begitu juga yang lain nya hingga terkadang membuat kami sedikit manyun di depan kakanda lalu beliau mengajak bercerita dan manyun pun berganti menjadi senyum.
Hari itu, lagi ...
aku dan ayuk memutuskan untuk pindah kos, karena ingin mencari ketenangan sekaligus mencari tempat yang lebih murah. Kos bg hendra relatif sederhana untuk ukuran mahasisma memang namun aku dan ayuk sama-sama berfikir kurang nyaman untuk tinggal disini. karena terlalu ramai penghuni nya hingga membuat kosentrasi agak kurang nyaman saat belajar. apalagi disaat masa-masa ujian tiba, ada-ada saja keributan yang terjadi. bukan tidak saling menghormati dan menghargai namun karena lingkungan nya memang terlalu ramai penduduk, kanan dan kiri semua kos-kosan yang beraneka ragam pula jenis pita suaranya mulai dari pop hingga rock selalu ada saja yang bergema.
hari 1, kami pindah di rumah baru kami yang saat itu masih berpenghuni aku dan sulis saja. terasa sangat berbeda. biasanya setiap sore kami udah manis dan cantik duduk di teras ketawa-ketiwi dengan penghuni kos lain nya, namun hari ini tak ada lagi suara itu yang ada hanya suara kami berdua, desah nafas kami berdua dan hanya kami berdua tanpa suara jaz kakanda.
"dek pengen makan rujak ni" ujar sulis
"iya yuk, adek jadi rindu makan rujak kakanda" jawab ku
"tapi jam segini mana mungkin kakanda ada lagi dek di sana" 
akhirnya untuk melepaskan rasa rindu memakan rujak, aku dan sulis membeli rujak di daerah kami tinggal. beuhhhh bukan ngak enak, tapi bingung harus mencantumkan kategori rujak ini dimana, kacangnya masih bulat2 dan gulanya terlalu cair, potongan buahnya pun terlalu besar dan satu lagi keramahan dan keceriaan kakanda tak ada terlihat di wajah penjual rujak yang ini. kakanda, kami rindu "rujak" mu...
kerinduan akan rujak kakanda tak pernah benar-benar terlepas, entah apa sebabnya beberapa kali kami ke kos lama itu suara kakanda pun tak pernah lagi kami dengar disana. kakanda seperti tak pernah ada. bahkan hingga semua penghuni kos angkatan ku dulu pindah pun suara kakanda tak lagi mengema-gema di daerah itu. ahhh, semakin rindu saja aku dengan kakanda si penjual rujak itu.
namun, bagaimana pun kakanda itu adalah memori kenangan yang indah saat aku dan teman-teman berada disana. kakanda adalah penjual rujak yang paling topcer deh. aku rindu dengan keceriaan si penjual rujak itu, dengan cerita-ceritanya  dan panggilan sayang itu "adddiiiinnnndaaaaaaaa" 

*kakanda, sukses terus ya ... meski dimanapun kamu jualan.
jika suatu saat kita jumpa, aku ingin melahap sepuasnya rujak mu untuk menghapuskan kerinduan ku akan rujak itu selama 3 tahun belakangan ini ^_^


Comments
3 Comments

3 komentar:

  1. kandaaa..
    rindu sama runjak ny juga..
    rujak ternikmat, terbanyak, dan terlezat dengan harga yang anak kos banget.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah
      baru caliak kha ...
      iyo tu buk aini rindu rujak kanda ??
      bilo wak nikmati basamo ???

      Hapus
    2. bilo kanda lewat, kabari aini yo..
      mn tau namuah ny ka kualu.. haha

      Hapus

kalo menurut ente, cak ana ???